Monday, March 28, 2011

Mengapresiasi Budaya Baca

WACANA – ADA dua cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi minat baca warga suatu kota. Pertama; melalui pameran buku dan kegiatan yang berkaitan dengan buku. Kedua; melalui kondisi perpustakaannya, Terutama perpustakaan daerah (kota/kabupaten). Kondisi yang saya maksudkan, terutama adalah jumlah kunjungan per harinya.
Kebetulan saya tinggal di Gringsing, wilayah paling timur dari wilayah kabupaten Batang. Jika harus ke perpustakaan daerah, yang terletak 2 km sebelah selatan kantor bupati, berarti saya harus menempuh perjalanan kurang lebih 50 km. Meskipun jauh di mata, karena dekat di hati, beberapa kali saya sempatkan berkunjung.
Tujuannya ada dua. Pertama; bertamu ke pengelola, saling bertukar informasi tentang perkembangan budaya baca, terutama pada warga kota Batang.  Kedua; melihat sendiri, seberapa tinggi antusiasme masyarakat kota Batang terhadap aktivitas membaca/berkunjung ke perpustakaan.
Berdasarkan temuan saya, hasil beberapa kali berkunjung ke perpustakaan tersebut, secara umum dapat saya simpulkan, minat baca warga Batang, khususnya mereka yang tinggal di sekitar wilayah kota, cukup tinggi. Secara faktual, tingkat kunjungannya cukup menggembirakan. Tidak saja dari sisi kuantitas atau jumlah pengunjung yang rata-rata per hari tak kurang dari 100 orang, tapi juga kualitas kegiatan pengunjung (pemustaka).
Mereka tidak sekadar datang mengembalikan buku,  pinjam lagi, terus pulang. Banyak di antara pengunjung yang bertahan lama, membaca di ruang baca. Hanya saya, ini menurut salah satu pustakawannya, penggunaan ruang-ruang tersebut belum sepenuhnya optimal. Satu contoh, ruang bermain anak. Ruang ini sebenarnya bisa digunakan untuk kelas pembelajaran tentang kepengasuhan (parenting) bagi orang tua, yang dapat diadakan secara periodik.
Meskipun begitu, secara umum ada harapan. Ada potensi, kalau di masa datang, perpustakaan Batang akan lebih berdaya.Varian layanan yang diberikan kepada masyarakat akan makin beragam sehingga meningkatkan loyalitas pemustaka, yang pada akhirnya secara umum bisa menjadi sarana untuk menguatkan dan mengembangkan kampanye budaya baca di kabupaten Batang.
Selain perpustakaan, ukuran lain yang bisa dijadikan titik pijak simpulan terhadap seberapa tinggi minat baca suatu warga kota adalah dengan melihat antusiasme warga saat ada pameran buku.
Ada dua kegiatan perbukuan yang pernah saya datangi. Dua kegiatan tersebut yang pertama adalah pameran buku. Kedua adalah Batang Book on The Street. Yang pertama disebut, bertempat di gedung persis sebelah barat perpustakaan Batang.
Menjadi Kultur
Kegiatan pameran buku di Batang, selalu menjadi event yang dinanti-nanti masyarakat. Demikian pengakuan salah satu pustakawan perpustakaan Batang kepada saya. Memang, pengakuan itu tidak berlebihan. Berdasarakan temuan saya menyaksikan pameran buku yang digelar pada akhir 2010, masyarakat Batang memenuhi area pameran. Terutama saat acara pendamping berlangsung.
Lain pameran buku, lain pula Batang Book on The Street (terselenggara Agustus 2010). Semangat yang hendak dimunculkan dari program ini adalah mengampanyekan aktivitas membaca buku secara terbuka, di ruang publik, dan secara ekstrovet.
Sekaligus harapannya menjadi wacana sanding buat warga Batang, ternyata acara perbukuan itu tidak harus berlangsung di gedung tertutup, tapi bisa di luar gedung.
Kebetulan Batang Book on The Street berlangsung di sebelah selatan-barat alun-alun Kabupaten Batang. Acaranya pun beragam.
Justru pameran buku hanya menjadi aksesoris (pendamping). Yang utama adalah acara-acara yang menekankan partisipasi pengunjung. Beberapa di antaranya adalah aksi dongeng jalanan, festival mewarnai, lomba tebak jumlah buku, kuis berburu buku, dan lain-lain.
Simpulan akhir saya atas temuan-temuan itu: minat baca warga Batang mulai meningkat. Kecenderungan ini harus terus dikembangkan sehingga kesadaran akan pentingnya aktivitas membaca kian menebal. Harapannya, tidak sekadar berminat membaca, tapi aktivitas itu berubah menjadi budaya. (10)
— Agus M Irkham, alumnus Undip, lahir dan tinggal di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang

Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan

Pendahuluan
Penerapan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah menyebar hampir di semua bidang tidak terkecuali di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat. Perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan dengan teknologi informasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, perpustakaan digital atau cyber library.
Ukuran perkembangan jenis perpustakaan  banyak diukur dari penerapan teknologi informasi yang digunakan dan bukan dari skala ukuran lain seperti besar gedung yang digunakan, jumlah koleksi yang tersedia maupun jumlah penggunanya. Kebutuhan akan  TI sangat  berhubungan dengan  peran dari perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan menulis, mencetak, mendidik dan kebutuhan manusia akan informasi. Perpustakaan membagi rata informasi dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola dan menyediakanya untuk umum.
Penerapan teknologi informasi di  perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
  1. Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi,  sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk Automasi Perpustakaan.
  2. Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI dalam perpustakaan ini sering dikenal dengan Perpustakaan Digital.
Kedua fungsi penerapan teknologi informasi ini dapat terpisah maupun terintegrasi dalam suatu sistem informasi  tergantung dari kemampuan software yang digunakan, sumber daya manusia dan infrastruktur peralatan teknologi informasi yang mendukung keduanya. Dalam makalah ini selanjutnya akan membahas tentang automasi perpustakaan.
Faktor Penggerak
•    Kemudahan mendapatkan produk TI
•    Harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk TI
•    Kemampuan dari teknologi informasi
•    Tuntutan layanan masyarakat serba “klick”
Alasan lain
•    Mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan
•    Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan
•    Meningkatkan citra perpustakaan
•    Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global.
Peranan Katalog dalam Automasi Perpustakaan
Katalog adalah keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Katalog perpustakaan elektronik adalah jantung dari sebuah sistem perpustakaan yang terautomasi. Sub sistem lain seperti OPAC dan sirkulasi berinteraksi dengannya dalam menyediakan layanan automasi. Sebuah sistem katalog yang dirancang dengan baik merupakan faktor kunci keberhasilan penerapan automasi perpustakaan.
Cakupan dari Automasi Perpustakaan
•    Pengadaan koleksi
•    Katalogisasi, inventarisasi
•    Sirkulasi, reserve, inter-library loan
•    Pengelolaan penerbitan berkala
•    Penyediaan katalog (OPAC)
•    Pengelolaan anggota
Bagaimana mengenai Layanan Referens ?
Layanan referens tidak termasuk dalam bagian yang terintegrasi dari suatu sistem automasi perpustakaan, namun yang lebih penting adalah penyediaan teknologi informasi yang digunakan dalam layanan referens. Layanan informasi referens dikembangkan dengan menyediakan koleksi dalam bentuk digital yang dikemas dalam CD-ROM dan akses informasi ke jaringan luar (LAN, WAN,  Internet)
Peran CD-ROM
  • Mempercepat akses informasi multi media baik itu berupa abstrak, indeks, bahan full text,  dalam bentuk digital tanpa mengadakan hubungan ke jaringan komputer.
  • Media back-up / cadangan data perpustakaan dan sarana koleksi referens bagi perpustakaan lain.
Peran Internet
  • Untuk mengakses infrormasi multimedia dalam resource internet.
  • Sarana telekomunikasi dan distribusi informasi.
  • Untuk membuat homepage, penyebarluasan katalog dan informasi.
Keperluan Pengguna
Pustakawan harus dapat melayani keperluan pengguna seperti permintaan akan akses yang lebih cepat ke informasi yang diperlukan dari dalam maupun luar perpustakaan. Dengan begitu diharapkan agar para pustakawan mahir dalam penggunaan teknologi informasi sehingga mereka dapat membantu pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yang diperlukan.
Apa yang harus diketahui dan dikerjakan oleh pustakawan dalam mengautomasikan perpustakaannya ?
  • Faham akan maksud dan ruang lingkup dan unsur  dari AP
  • Faham dan bisa mengapresiasi pentingnya melaksanakan analisis sistem yang menyeluruh sebelum merencanakan desain sistem
  • Faham akan dan bisa mengapresiasi manfaat analisis sistem dan desain, implementasi, evaluasi dan maintenance.
  • Faham akan proses evaluasi software sejalan dengan proposal sebelum menentukan sebuah sistem
  • Faham akan dan bisa mengapresiasi pentingnya pelatihan untuk staf dan keterlibatan mereka dalam seluruh proses kerja
Unsu-unsur  Automasi Perpustakaan
Dalam sebuah sistem automasi perpustakaan terdapat beberapa unsur atau syarat yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya, unsur-unsur atau syarat tersebut adalah :
1. Pengguna (users)
Pengguna merupakan unsur utama dalam sebuah sistem automasi perpustakan. Dalam pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para anggota perpustakaan. Apa misi organisasi tersebut? Apa kebutuhan informasi mereka ? Seberapa melek komputerkah mereka? Bagaimana sikap mereka ? Apakah pelatihan dibutuhkan? Itu adalah beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam mengembangkan sebuah sistem automasi perpustakaan.
Automasi Perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila memenuhi kebutuhan pengguna baik staf maupun anggota perpustakaan. Tujuan daripada sistem automasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna.
Konsultasikan dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka. Namun perlu hati-hati terhadap penilaian keliru yang dilakukan oleh pengguna mengenai kebutuhan dan persepsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh suatu sistem komputer . Kebutuhan dapat dirincikan terlalu banyak atau terlalu sedikit dan kadang-kadang persepsi bisa juga keliru.
Staf yang bersangkutan harus dilibatkan mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan sistem. Masukan dari masing-masing staf harus dikumpulkan untuk menjamin kerjasama mereka. Tenaga-tenaga inti yang dilatih untuk menjadi operator, teknisi dan adminsitrator sistem harus diidentifikasikan dan dilatih sesuai bidang yang akan dioperasikan.
2. Perangkat Keras (Hardware)
Komputer adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer hanya sebuah komponen fisik dari sebuah sistem komputer yang  memerlukan program untuk menjalankannya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komputer adalah sebuah alat dimana kemampuanya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikan dan software yang digunakan.
Kecenderungan perkembangan komputer :
  • Ukuran fisik mengecil dengan kemampuan yang lebih besar
  • Harga terjangkau (murah)
  • Kemampuan penyimpanan data berkapasitas tinggi
  • Transfer pengiriman data yang lebih cepat dengan adanya jaringan
Dalam memilih perangkat keras yang pertama adalah menentukan staf yang bertanggung jawab atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi pembelian. Adanya staf yang bertanggung jawab adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain dan menghindari dampak buruk yang mungkin timbul. Hal lain adalah adanya dukungan teknis serta garansi produk dari vendor penyedia komputer.
3. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak diartikan sebagai metode atau prosedur  untuk mengoperasikan komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai. Kecenderungan dari perangkat lunak sekarang mampu diaplikasikan dalam berbagai sistem operasi, mampu menjalankan lebih dari satu program dalam waktu bersamaan (multi-tasking), kemampuan mengelola data yang lebih handal, dapat dioperasikan secara bersama-sama (multi-user).
Untuk mendapatkan software kini sudah banyak tersedia baik dari   luar maupun dalam negeri dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan dan harga yang bervariasi. Di perpustakaan software yang dikenal antara lain CDS/ISIS, WINISIS yang mudah didapat dan gratis freeware  dari Unesco atau dari beberapa perguruan tinggi sekarang telah banyak membuat dan mengembangakan sistem perpustakaannya  sendiri seperti SIPUS 2000 di UGM, Sipisis di IPB. Masih banyak lagi perguruan tinggi dan institusi pengembang software yang mengembangkan SIP dengan kemampuan yang tidak kalah sip.  Sistem Informasi Perpustakaan ini difungsikan untuk pekerjaan operasional perpustakaan, mulai dari pengadaan, katalogisasi, inventarisasi, keanggotaan, OPAC, pengelolaan terbitan berkala,  sirkulasi, dan pekerjaan lain dalam lingkup operasi perpustakaan.
Kriteria Penilaian Software
Suatu software dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu sistem kerja yang berjalan, untuk menilia suatu software tentu saja banyak kriteria yang harus diperhatikan.
Beberapa criteria untuk menilia software adalah sebagai berikut :
  • Kegunaan     : fasilitas dan laporan yang ada sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan informasi tepat pada waktu (realtime) dan relevan untuk proses pengambilan keputusan.
  • Ekonomis    : biaya yang dikeluarkan sebanding untuk mengaplikasikan software sesuai dengan hasil yang didapatkan.
  • Keandalan    : mampu menangani operasi pekerjaan dengan frekuensi besar dan terus-menerus.
  • Kapasitas    : mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan kemampuan temu kembali yang cepat.
  • Sederhana    : menu-menu yang disediakan dapat dijalankan dengan mudah dan interaktif dengan pengguna
  • Fleksibel    : dapat diaplikasikan di beberapa jenis sistem operasi dan institusi serta maupun memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Menentukan Software
  • Membangun sendiri
  • Mengontrakan keluar
  • Membeli software jadi yang ada di pasaran
Pilihan apapun yang dijatuhkan, software harus
  • Sesuai dengan keperluan
  • Memiliki ijin pemakaian
  • Ada dukungan teknis, pelatihan , dokumentasi yang relevan serta pemeliharaan.
  • Menentukan staf yang bertanggungjawab atas pemilihan dan evaluasi software.
Memilih dan membeli perangkat lunak merupakan suatu proses tersedianya dukungan pemakai, karena diperlukan banyak pelatihan dan pemecahan masalah sebelum sistem tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu cara untuk memastikan dukungan pelanggan adalah memilih perangkat lunak yang digunakan oleh sejumlah perpustakaan. Sekelompok besar pengguna biasanya menjustifikasikan layanan dukungan pelanggan sebagai hal yang subtansial. Selain itu, pengguna dapat saling membantu dalam pemecahan masalah. Spesifikasi perangkat keras harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimum operasi perangkat lunak.
4. Network / Jaringan
Jaringan komputer telah menjadi bagian dari automasi perpustakaan karena perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi sendiri serta adanya kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi.
Komponen perangkat keras jaringan antara lain : komputer sebagai server dan klien, Network Interface Card ( LAN Card terminal kabel (Hub), jaringan telepon atau radio,  modem.
Hal yang  harus diperhatikan dalam membangun jaringan komputer adalah :
  • Jumlah komputer serta lingkup dari jaringan (LAN, WAN)
  • Lokasi dari hardware : komputer,  kabel, panel distribusi, dan sejenisnya
  • Protokol komunikasi yang digunakan
  • Menentukan staf yang bertanggun jawab dalam pembangunan jaringan.
5. Data
Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan /. Data disusun mulai dari bits, bytes, fields, records, file dan database.
Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi, dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam periode waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data file (data file storage) ke dalam model sistem informasi; dengan begitu, kegiatan pengolahan tersedia baik bagi data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya.
Standar basis data katalog
Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang telah  memungkinkan untuk itu dan didasari adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya bersama. Bentuk tukar-menukar maupun penggabungan data katalog koleksi adalah suatu hal yang sudah biasa terjadi dalam perpustakaan, kerjasama dapat dilakukan jika masing-masing perpustakaan itu memiliki kesamaan dalam format penulisan data katalog data. Persoalan yang sering dihadapi dalam kerjasama tukar-menukar atau penggabungan data adalah banyaknya data yang ditulis dengan suka-suka yaitu tidak memperhatikan standar yang ada. Pekerjaan konversi data merupakan hal yang membosankan dan memakan banyak waktu. Sering data katalog dalam perpustakaan tidak menggunakan standar, hal ini  banyak terjadi karena kurangnya pemahaman akan manfaat standar penulisan data. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan perpustakaan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur yang digunakan bersama.
Persoalan lain dalam standardisasi format penulisan data katalog adalah bahasa. Kebanyakan perpustakaan mengkoleksi materi yang menggunakan bahasa pengantar berbeda-beda. Bagaimana dengan bahasa pengantar cantuman katalog itu sendiri? Informasi judul jelas harus diisi sesuai dengan judul koleksi yang bersangkutan. Bagaimana dengan kolom subjek dan kata kunci? Haruskah diisi dengan bahasa nasional (Bahasa Indonesia untuk perpustakaan di Indonesia) atau dengan bahasa internasional (Bahasa Inggris)? Lebih jauh lagi, bagaimana kita memberi nama pada kolom-kolom isian, dengan Bahasa Indonesia (judul, pengarang, penerbit, dsb.) atau bahasa Inggris (title, author, publisher etc.)? Bagaimana dengan koleksi yang berpengantar bahasa-bahasa lain seperti Arab, China atau Korea ?
Metadata
Metada merupakan istilah baru  dan bukan merupakan konsep baru di dunia pengelola informasi. Perpustakaan sudah lama menciptakan metada dalam bentuk pengkatalokan koleksi .
Definisi metadata sangat beragam ada yang mengatakan “data tentang data” atau “informasi tentang informasi”, pengertian dari beberapa definisi tersebut bahwa metadata adalah sebagai bentuk pengindentifikasian,  penjelasan suatu data, atau diartikan sebagai struktur  dari sebuah data. Dicontohkan metadata dari katalog buku terdiri dari : judul, pengarang, penerbit, subyek dan sebagainya. Metada yang biasa digunakan di perpustakaan adalah Marc dan Dublin Core.
INDOMARC
Machine Readable Cataloging (MARC) merupakan salah satu hasil dan juga sekaligus salah satu syarat penulisan katalog koleksi bahan pustaka perpustakaan. Standar metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh Library of Congress, format LC MARC ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis bagi kepentingan nasionalnya masing-masing.
Format INDOMARC merupakan implementasi dari International Standard Organization (ISO) Format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya. Informasi bibliografi biasanya mencakup pengarang, judul, subyek, catatan, data penerbitan dan deskripsi fisik.
Indomarc menguraikan format cantuman bibliografi yang sangat lengkap terdiri dari 700 elemen dan dapat mendeskripsikan dengan baik kebanyakan objek fisik sumber pengetahuan, seperti  jenis monograf (BK), manuskrip (AM), dan terbitan berseri (SE) termasuk; Buku Pamflet, Lembar tercetak, Atlas, Skripsi, tesis dan disertasi (baik diterbitkan ataupun tidak), dan Jurnal Buku Langka.
Dublin Core
Dublin Core  merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Gagasan membuat standar baru agaknya dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan untuk sumber informasi dalam web. Elemen Dublin Core dan MARC intinya bisa saling dikonversi.
Metadata Dublin Core memiliki beberapa kekhususan  sebagai berikut:
a. Memiliki deskripsi yang sangat sederhana
b. Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum.
c.  Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dublin Core terdiri dari 15 unsur yaitu :
  1. Title : judul dari sumber informasi
  2. Creator : pencipta sumber informasi
  3. Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi
  4. 4.    Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian
  5. Publisher : orang atau badan  yang mempublikasikan sumber informasi
  6. Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi
  7. Date : tanggal penciptaan sumber informasi
  8. Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya
  9. Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi
  10. Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs
  11. Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi
  12. Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi
  13. Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya.
  14. Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu
  15. Rights : pemilik hak cipta sumber informasi
6. Manual
Manual  atau biasa disebut prosedur adalah penjelasan bagaimana memasang, menyesuaikan, menjalankan suatu perangkat keras atau perangkat lunak.  Prosedur merupakan aturan-aturan yang harus diikuti bilamana menggunakan perangkat keras  dan perangkat lunak. Banyak peripheral perangkat keras maupun sistem tidak berjalan dengan optimal karena dokumentasi yang tidak memadai atau pengguna tidak mengerti manual yang disediakan. Manual harus dibaca dan dimengerti walau serumit apapun. Manual adalah kunci bagi kelancaran sistem.
Manual / prosedur dapat juga mencakup kebijakan-kebijakan khususnya dalam lingkungan jaringan dimana pemasukan dan pengeluaran data membutuhkan format komunikasi bersama. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur.
Tahapan Membangun Sistem AP
Tahap    Hasil
Persiapan
  • Definisi masalah
  • Maksud dan tujuan
  • Kerangka kerja
  • Perkiraan waktu dan biaya
Survei
  • Analisa kond. sumber daya
  • Analisa kebutuhan
  • Analisa sistem berjalan
Disain
  • Menyusun logika kerja sistem
  • Disain data, table, database,  relasi.
  • Disain input, proses dan output
  • Spes. peralatan yang diperlukan
Pembangunan
  • Pembuatan program aplikasi.
  • Instalasi software,  jaringan klien server
  • Dokumentasi
Uji coba
  • Tes sistem keseluruhan
  • Evaluasi, perbaikan
Training
  • Training : staf,operator, teknisi, administrator
  • Sosialisasi
Operasional
  • Sistem siap digunakan.
  • Bantuan teknis
  • Pengembangan lebih lanjut
Kesimpulan
Unsur dan syarat automasi perpustakaan ada banyak. Biasanya, pustakawan berharap terlalu banyak dari sistem ini dan oleh karenannya merasa kecewa bilamana sistem tersebut tidak bekerja seperti yang diharapkan. Untuk memastikan adanya keberhasilan dalam automasi perpustakaan dibutuhkan kerjasama yang optimal dan berkelanjutan diantara pengguna sehingga tercipta kepuasan diantara pengguna, suatu penilain mendalam mengenai kebutuhan-kebutuhan pengguna harus dilakukan sebelum rencana detail untuk automasi dilakukan. Perlu tersedianya staf (pustakawan, operator, teknisi/administrator) yang terlatih. Seluruh anggota staf harus mengerti tentang sistem automasi perpustakaan.
Daftar Pustaka
  1. Materi TOT Technologi Information & Communication oleh Unesco dan Pusnas RI di Yogyakarta 1999
  2. Konsep, Desain dan Implementasi Perpustakaan Elektronik : Integrasi Perpustakaan Terotomasi dan Perpustakaan Digital Untuk Perpustakaan Nasional di Indonesia  Oleh: Ismail Fahmi
  3. Model Implementasi Protokol OAI dalam IndonesiaDLN dan Hubungannya dengan Digital Library di Luar Negeri oleh Rurie Muharto
—————————————————-
Penulis: Ikhwan Arif
iwan@lib.ugm.ac.id
Koordinator TI Perpustakaan UGM

Friday, March 25, 2011

Penemu Sandal Jepit

Sandal jepit memang alas kaki yang sangat murah dan tidak banyak dikomplain oleh konsumen, sampai sekarang lembaga konsumen Indonesia tidak pernah menerima keluhan tentang sandal jepit yang putus atau pun lepek, maupun hilang.

Dalam perkembangan sejarah umat manusia, sandal berbarengan dengan jaman logam. Terutama setelah diciptakannya paku, karena saat itu sering terjadi kecelakaan kacugak (kaki tertusuk paku). Sehingga diciptakan lah sandal, sebagai pelindung kaki. Namun perkembangan sandal jepit ternyata mempunyai cerita tersendiri.

Pertama-tama sandal jepit ini di temukan di daerah Cina Utara yang pada saat itu di pimpin oleh Kaisar Cing Cang Ke Ling. Penemuan sandal jepit tidak disengaja. Di mana pada saat itu, kaisar sedang berburu harimau dengan busur panahnya melihat si kaki seribu melintas di ibu jari kakinya, karena merasa jijik, si kaisar latah, sambil berkata “ eh sial..gua jepit lo”.

Dari sana tersebar gosip dari mulut ke mulut, bahwa kaisar itu latah. Ini akibat ulah comel dari pengawal kaisar yang melihat kelatahan kaisar dan memberikan kabar ini pada media Cek Li Cek, media cetak gosip mingguan di Cina Utara. Untuk menjaga kewibawaahn kaisar, maka para penasehat kaisar bersidang. Dari sidang muncul keputusan, bahwa harus ada alas kaki, buat kaki kaisar agar terhindar dari serangga menjijikan, maka di buatlah alas kaki dari kayu, dengan memberikan tiang pendek pas dekat ibu jari. Hal itu sekaligus sebagai peringatan bagi para gosiper, kalau masih menggosip kaisar latah akan diinjak dan dijepit lho. Itu kisah sandal jepit dari Cina walau pun ini masih perlu dibuktikan kebenarannya.


Kalau menilik dari masa keemasan Eropa, sandal jepit ini muncul saat revolusi industri di Ingris. Sandal jepit muncul, di mana para petani meninggalkan ladangnya dan bekerja menjadi buruh di pabrik-pabrik. Pada saat itu kaum buruh tidak memakai alas kaki ke pabrik, mereka persis seperti kebiasaan petani ladang yang cekeran. Karena mereka sering cekeran tentu saja pabrik menjadi kotor. Clening service yang bertugas membersihkan sering mengeluh karena banyak pasir yang terbawa ke ruangan. Mereka sering ngomel-ngomel : “ Sand All…sand…All…stupid ”. Karena pabrik sangat bising, maka terdengarnya menjadi “Sandal jepit”. Maka para buruh memakai sandal jepit untuk menghindari omelannya. Sejarah ini pun ini juga masih diragukan faktanya.

Kalau perkembangan di Indonesia, Sandal jepit ini sebenarnya sudah mulai ada dari Jaman Tarumanagara di Bogor, sekitar abad ke 7 . Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan batu tulis yang didalamnya ada tulisan/prasasti dan telapak kaki Raja. Telapak kaki tersebut sebenarnya adalah cetakan,untuk membuat sandal raja. Sayang sekali tidak ada keterangan sandal apa yang dibuat. Tetapi yang jelas dari cetakan telapak kaki raja tidak ada tanda kaki raja pecah-pecah (rorombehen), berarti kaki raja sehat dan saya yakin raja sudah pakai sandal.

Tak seorang pun yang mengklaim sebagai penemu sandal jepit. Ini sangat mengherankan, walaupun tidak sebergensi seperti penemuan listrik oleh Thomas Alva Edison, sandal jepit merupakan kebutuhan sehari-hari seperti listrik. Bahkan antara sandal jepit dengan listrik ada hubungan. Kalau anda sedang memperbaiki arus listrik (kabel), harus memakai sandal jepit, kalau tidak memakai anda bisa kesetrum.

Tetapi anda tidak usah heran, soal klaim sandal jepit yang tidak ada yang memgaku sebagai penemunya, karena justru yang lebih mengherankan adalah banyak yang mengaku kehilangan sandal jepit di mesjid. Ini cukup aneh, padahal kalau anda mengaku sebagai penemu sandal jepit, anda akan mendapat rohayati… ehhh…royalty

sumber : 
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5090458
http://fenz-capri.blogspot.com/2010/...dal-jepit.html

Pengertian Otaku

Istilah Otaku sudah tidak jarang lagi bagi penggemar Anime dan Manga. Ya memang sudah banyak Komunitas Otaku di indonesia. Tapi banyak juga orang yang menklaim bahwa dirinya otaku hanya karena dia menyukai anime, manga, dorama, J-music, ataupun J-culture lainnya. Namun kebanyakan orang di indonesia mengklaim dirinya otaku hanya karena dia suka banyak serial anime ataupun manga. Sebenarnya menyukai banyak serial anime ataupun manga belum layak disebut otaku, karena memang banyak orang yang suka anime manga tapi dia bukan otaku. Sekedar menykai anime dan munga bukan berarti otaku. Banyaik yang mengklaim dirinya otaku tanpa tahu apa itu otaku. Sebenarnya Otaku bukan lah orang yang sekedar menyukai anime dan manga begitu saja. Lantas apa sebenarnya pengertian Otaku itu? Berikut Penjelasannya mengenai Apa sih otaku itu? yang saya kutip dari berbagai sumber...
Apa sih otaku? Sering dengar, tapi artinya kok tidak jelas. Kata Otaku sendiri berarti 'rumahmu' atau 'kamu' dan mempunyai konotasi formal. Jadi aneh jika menggunakan kata 'otaku' dalam pembicaraan sehari-hari dengan teman. Tapi sejak sekitar akhir tahun 70-an, arti dari otaku mulai bergeser. Konon awalnya adalah ketika kalangan penggemar anime/manga ketika bertemu mereka menyapa, "Bolehkan saya melihat koleksi kamu [=otaku]" dengan bahasa yang sopan. Menurut Toshio Okada [salah satu pendiri Gainax, yang kini mendalami budaya otaku], istilah otaku berasal dari kreator Macross [1982], Shoji Kawamori dan Haruhiko Mikimoto yang bekerja di Studio Nue. Keduanya belajar di Universitas Keio [yang dikenal sebagai institusi pendidikan terhormat], mereka menggunakan kata 'otaku' untuk saling menyapa. Kemudian staff Studio Nue juga turut menggunakan sapaan otaku, hingga menular ke kalangan fans Macross.

Tahun 1983, istilah 'otaku' untuk menyebut fans digunakan dalam artikel Otaku no Kenkyu dalam majalan Manga Burikko yang ditulis oleh jurnalis Akio Nakamori. Ia menyebut fans sebagai otaku-zoku [generasi otaku] dan menulis bahwa otaku itu anti sosial, tertutup dan aneh. Istilah otaku itu semakin negatif ketika kasus pembunuhan 4 orang anak perempuan oleh Tsutomu Miyazaki tahun 1989 membuka fakta bahwa Miyazaki adalah seorang 'otaku' yang tidak dapat memisahkan antara kenyataan dengan khayalan yang ia konsumsi melalui manga dan anime [yang kebanyakan mengandung unsur pornografi/hentai dan kekerasan].

Terlepas dari stereotyping dan kasus yang dikaitkan dengan definisi otaku, sebenarnya otaku tidak terbatas pada anime dan manga saja. Di Jepang label otaku bisa diberikan bagi orang yang tergila-gila pada artis, game, militia [hal-hal yang berbau militer], kaiju [monster seperti Godzilla, dll], cosplay, imperial [hal-hal yang berhubungan dengan kekaisaran Jepang sejak zaman kuno], dll. Bukankah itu sama saja dengan fandom apapun di seluruh dunia? Fans sepak bola, penyuka mobil balap, Harry Potter, dsb. Intinya, otaku adalah sebutan untuk orang yang sangat menggemari sesuatu. Tetapi, berbeda dengan fans pada umumnya, otaku mempunyai arti yang lebih spesifik [juga karena pergeseran budaya di sana]. Otaku adalah fans berat dan fanatik, yang sering kali [walau tidak semua] juga berperilaku tertutup dan tidak mudah bersosialisasi. Otaku lebih nyaman berhubungan dengan sesama otaku atau dengan objek yang disukainya [misalnya anime, manga, game]. Dengan segala kecanggihan tekhnologi di Jepang, otaku lebih sering berhubungan dengan sesama otaku melalui internet, tanpa kenal nama asli maupun sosok orang yang sebenarnya. Mereka bertukar informasi karena bagi otaku, informasi adalah segalanya. Sekecil dan sesepele apapun informasi itu, yang penting mereka tahu. Adalah kebanggaan bila tahu suatu informasi yang tidak/belum diketahui oleh orang lain atau sesama otaku. Jadi bagi otaku, nama anjing peliharaan mangaka favoritnya atau pekerjaan ayah artis idolanya itu sangat penting. Informasi juga menjadi ukuran seberapa hebat dirinya sebagai otaku. Karena itu para otaku sering disebut sebagai maniak karena kesukaan mereka pada sesuatu benar-benar total.

Sayangnya, karena sebagian otaku ini bersikap anti sosial, tertutup, dan nampak aneh bagi orang-orang yang non-otaku, jadilah anggapan umum bahwa otaku adalah buruk. Hal ini juga didukung oleh perilaku kriminal ataupun kelainan jiwa dari tidak sedikit otaku yang membuat definisi otaku semakin negatif. Label otaku sekelas dengan "nerd" di Amerika Serikat [USA] yang dinilai tidak dapat berlaku sewajarnya di lingkungannya. Namun di USA sendiri, label otaku justru disandang dengan penuh rasa bangga oleh penggemar anime/manga. Karena anime/manga masih menjadi hobi yang jarang, fans merasa diri mereka unik dan bangga menjadi 'otaku' yang tahu lebih banyak soal anime/manga daripada orang lain. Bagi fans di Indonesia, sedikit banyak sama dengan fans USA yang bangga menjadi otaku karena tidak tahu di Jepang istilah otaku mempunyai arti yang cenderung negatif.

Untuk istilah otaku, karena tahu pada walnya arti otaku tidak mengandung unsur negatif, rasanya sah-sah saja menyebut fans yang memang tahu banyak soal anime, manga, atau J-music sebagai otaku. Tapi itu hanya untuk membedakan antara fans yang kadarnya biasa-biasa saja dengan hardcore fans/fans berat. Apalagi kalau fans itu tidak melakukan sesuatu yang buruk.

Artikel ini memang terlalu pendek untuk menjabarkan apa arti otaku sesungguhnya dari berbagai aspek. Tetapi yang penting, otaku bukan sesuatu yang mati. Otaku bisa berkembang dan bergeser artinya dipengaruhi oleh perilaku orang yang menjadi subjeknya, yaitu kamu sendiri. Terserah kemana fans akan membawanya, apakah ke arah yang positif, atau justru membuatnya semakin negatif?
.
Kesimpulannya, Orang yang diklaim sebagai otaku adalah orang yang menjadi sangat maniak dan menitik beratkan terhadap hobinya dan selalu update untuk mengumpulkan data mengenai apa hobi/minatnya dan mencari info-info terbaru mengenai hal yang ditekuninya, seperti Tekhnologi, Anime, Dorama, Manga, Music, Dll. Mengoleksi setiap hal yang berhubungan dengan hal yang ditekuninya tersebut dengan sangat teramat lengkap, seperti membeli miniaturnya, dll. Jadi, Otaku bukan lah orang yang suka akan anime dan manga saja, melainkan orang yang suka dan maniak terhadap satu hal yang sangat disukainya dan ditekuninya dengan tak terkendali. Biasanya otaku dibantu dengan alat-alat canggih yang mendukung hobinya, dan suka menghabiskan uang ( sangat Boros ) untuk mendapatkan hal-hal yang mendukung hobinya tersebut.

Source:

Untuk mengetahui mengenai otaku lebih baik anda mencari lebih banya sumber dan berbagai artikel mengenai otaku, atau berikut perngertian dan sejarah Otaku secara sederhana dari wikipedia. Sebainya anda mencari berbagai pranala luar agar mendapat sedikit informasi mengenai otaku, itu dan jangan asal menklaim diri sebagai otaku tanpa dasar yan pasti.

Restoran One Piece Pertama Di Dunia

Fuji TV baru saja mengumumkan bahwa mereka akan membuka restoran resmi pertama di dunia yang terinspirasi oleh serial anime dan manga bajak laut "One Piece" di dalam kompleks Meza Ginza Marche di Tokyo pada tanggal 11 Desember besok sampai dengan 31 Mei 2011.

Nama restorannya adalah "One Piece Restaurant Going Merry-Go!"

 
Restoran tersebut akan dihiasi seperti layaknya interior kapal Going Merry dan akan menampilkan menu masakan yang muncul dalam cerita. Menunya termasuk makanan favorit tokoh utama Luffy yaitu sepotong daging (lengkap dengan tulang yang ia sering gerogoti), sup "mengerikan" punya Sanji (seperti yang terlihat pada manga volume kedelapan halaman 99), dan buah Macedonia yang dimakan Nami (seperti terlihat pada manga volume keenam halaman 31). Para staf juga merencanakan berbagai acara interaktif, termasuk beberapa penampilan oleh para pengisi suara anime One Piece.

Wednesday, March 23, 2011

Abstrak dan Indeksi

Oleh : Dra. Yuniwati BYPMY, S.Sos.,MSi
  1. ABSTRAK
Abstrak atau sari karangan secara harfiah berasal dari bahasa latin abstractus” yang berarti “menarik diri” atau”memisahkan”.
  1. DEFINISI / PENGERTIAN  ABSTRAK
—  Ringkasan yang disajikan secara singkat dan jelas bagian yang memuat tujuan, cakupan/jangkauan dan temuan dari suatu artikel (Maizel, Smith: Singer, 1984)
—  Suatu penyajian ringkas dalam bahasa si pengarang tentang butir-butir yang pokok/utama dari dokumen asli.  (Collison)
—  Adalah pernyataan secara singkat  tetapi akurat dari isi suatu dokumen, tanpa menambahkan tafsiran ataupun kritik dan tanpa membedakan untuk siapa abstrak itu dibuat. (American National Standards Institute’s, 1979)
—  Ialah uraian singkat tetapi akurat yang mewakili isi dokumen, tanpa tambahan interpretasi atau kritik dan tanpa melihat siapa si pembuat sari karangan tsb. (ISO / international Standard Organisation, 1976)
—  Penyajian isi dokumen secara ringkas dan akurat dalam gaya yang sama dengan dokumen aslinya (Rowley “Abstracting & Indexing)
—  Penyajian isi dokumen secara singkat dan tepat, tanpamenambahkan tafsiran atau kritik dan tanpa membedakan siapa penulis abstrak tsb. (Cara Menyusun Sari Karangan ; Buku Panduan. 1993. Jakarta:PdII – LIPI.
—  Merupakan ringkasan singkat dan jelas dari suatu karya tulis yang sudah diterbitkan disertai data bibliografis, yang dapat mewakili isi karya tulis tersebut sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami isi dan maksud penulis serta mengarahkan pembaca untuk membaca artikel secara keseluruhan atau tidak.


  1. TUJUAN Abstrak antara lain adalah :
1)   Membantu seseorang yang sibuk untuk dapat mengetahui suatu artikel, hasil penelitian, berita yang terbaru tanpa harus membaca full text.
2)   Menghemat waktu, tenaga dan biaya
3)   Membantu dalam memecahkan masalah dalam penguasaan bahasa
4)   Dapat dipakai sebagai pengganti artikel asli
5)   Sebagai salah satu alat kelengkapan dalam penelusuran surut / pencarian informasi
6)   Sarana untuk membuat indeks
  1. FUNGSI
Pada dasarnya fungsi abstrak adalah untuk merekam dan menunjukkan isi suatu artikel (majalah/ jurnal/ surat kabar) laporan hasil penelitian, dll,

  1. SUMBER DAN BAHAN INFOMASI
a)         SUMBER-SUMBER INFORMASI
1)        Manusia (MAKHLUK HIDUP)
2)        Literatur
3)        organisasi/institusi / lembaga
4)        Alam / lingkungan

b)        Terdapat beberapa karya tulis yang dapat dipakai sebagai bahan untuk pembuatan abstrak antara lain :
1)    MAJALAH/jurnal/warta
2)    LAPORAN PENELITIAN
3)    KARYA ILMIAH DARI HASIL KAJIAN/PENELITIAN
4)    TINJAUAN /REVIEW
5)    MONOGRAFI/ buku/literatur= karya perorangan
6)    MAKALAH KONFERENSI (seminar/temu ilmiah (prosiding)
7)    PATEN
  1. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN BAHAN/SUMBER
1)        ketersediaan bahan, dalam hal ini bahan pustaka yang akan disari atau dibuat abstrak sebaiknya merupakan informasi primer.
2)        kelengkapan / kematangan bahan artinya dengan menghindari bahan pustaka yang sifatnya sementara seperti laporan yang tidak didukung oleh data yang cukup.
3)        keaktualan bahan artinya jangka waktu dokumen terbitannya tidak terlalu lama, lebih dianjurkan pemanfaatan bahan yang hangat dibicarakan.
4)        reputasi media yang memuat bahan artinya artikel sebagai bahan yang akan di abstrak berasal dari media yang punya nama /punya reputasi baik.
  1. TIGA TAHAPAN DALAM MEMBUAT ABSTRAK
1)        Membaca, mencari dan  menemukan ide pokok (retrieval reading)
2) membaca secara kreatif (creative reading)
3) membaca secara kritis (critical reading)

  1. STRUKTUR SUSUNAN ABSTRAK
1)        DISKRIPSI BIBLIOGRAFIS
◦               JUDUL KARANGAN
◦               PENGARANG
◦               IMPRESUM
◦               KOLASI
2)         ISI /CONTENT
◦      DISKRIPSI TENTANG :
–  LATAR BELAKANG
–  METODE
–  TUJUAN
–  HASIL
–  SIMPULAN
–  SARAN
3)        PENYARI/PENGABSTRAK
4)        Waktu Pembuatan Abstrak
  1. JENIS-JENIS ABSTRAK berdasarkan tujuan dan manfaatnya
1)        INFORMATIVE ABSTRACT  (abstrak informatif)
2) INDICATIVE ABSTRACT / abstak indikatif
3)        HIGHLIGHT ABSTRACT (abstrak pokok)
4)        CRITICAL  ABSTRACT (abstrak kritis)
5)        DIRECT ABSTRACT (abstrak TERARAH)
6)        STATISTIC  ABSTRACT / NUMERICAL ABSTRACT
  1. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMBUAT ABSTRAK
  • Kilaslah artikel dengan tujuan untuk mendapatkan kata-kata kunci
  • Arahkan isi karangan sesuai dengan profesi pembaca
  • Ceriterakan apa-apa yang yang telah ditemukan
  • Tempatkan “hasil” pada kalimat judul (permulaan kalimat)
  • Letakkan uraian terperinci pada kalimat-kalimat berurutan
  • Letakkan pernyataan umum pada bagian akhir
  • Pisahkan subyek-subyek yang berdiri sendiri secara terpisah
  • Bedakan suatu percobaan dengan hipotesa
  • Usahakan se – informatif mungkin tetapi tetap singkat
  • Usahakan tetap seksama, tepat, ringkas dan tidak samar-samar
  • Pergunakanlah kalimat pendek, sederhana dan dikenal
  • Hindarkan kata-kata yang tidak perlu
  • Pergunakan pernyataan langsung
  • Tulis simpulan dalam kalimat sekarang
  • Pergunakan singkatan secara hemat
  • Hindarkan susunan kalimat yang kacau balau
  • Kutib Bibliografi secara lengkap
Y. HAL-HAL YANG PERLU DIHINDARI DALAM MEMBUAT ABSTRAK
  • Mengubah pengertian dari artikel aslinya
  • Memberikan komentar atau tafsiran terhadap artikel aslinya
  • Menyebutkan kerja terdahulu yang telah dikerjakan
  • Menyertakan hasil-hasil pencobaan
  • Menyebutkan secara terperinci peralatan yang konvensional
  • Menyebutkan pekerjaan yang akan datang
  • Memulai sari karangan dengan sejumlah ungkapan-ungkapan yang tek berguna
  • Menggunakan cara pengungkapan yang berbelit-belit
  • Menggunakan istilah-istila khusus yang sulit dimengerti
  • Mengulang sesuatu yang sudah disebut lebih dari satu kali
  • Berlebihan dalam menggunakan padanan kata
  • Mempergunakan gaya bahasa yang kaku
II. INDEKS
Indeks berasal dari bahasa latin “indicare” = menunjukkan tempat, maka indeks adalah alat atau sarana penunjukkan tempat dimana informasi dapat ditemukan.
Indeks merupakan daftar susunan kata-kata yang disusun berdasarkan alphabetis
TEKNIK PEMBUATAN INDEKS
1)   INDEKS JUDUL
–    Mengumpulkan bahan
–    Menyeleksi artikel yang akan dipakai
–    Mengelompok artikel sesuai dengan bidangnya
–    Pembuatan diskripsi judul artikel
–    Pengetikan/inputing data
–    Pencetakkan
–    Penerbitan ( dessimination)
2)   INDEKS KATA KUNCI
-       Memilih dan memilh artikel/karya tulis
-       Mnentukan kata kunci / key word
-       Menyusun kata kunci secara alphabetis
3)   INDEKS PENGARANG
-       Mengumpulkan artikel
-       Menyusun pengarang sesuai aturan penulisan bibliografis
-       Menyusun nama-nama pengarang secara alphabetis.
DAFTAR BACAAN
  1. Cara Menyusun Sari Karangan. Jakarta: PDII-LIPI. 1993
  2. Gates, Jean Key. 1962. Guide to Use a Library. New York; Mc Graw-Hill
  3. Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta ; Gramedia.
  4. Winchell, Constance. 1971. Guide to References Books. Chicago: ALA
  5. Yusup, Pawit M. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung; Remaja Rosdakarya

Wanita berubah jadi kucing

Cerita Nyata dan menghebohkan Dari Nigeria, Wanita Yang Berubah Wujud Menjadi Seekor Kucing. Surat kabar Nigerian Tribune melaporkan bahwa ada tiga ekor kucing yang sedang menyeberang jalan ketika sebuah okada menabrak mereka.

Kucing pertama berhasil menghindar dan melarikan diri, sedangkan kucing kedua tertabrak dan segera berubah menjadi seorang perempuan. Kejadian aneh ini segera menarik perhatian orang-orang di tempat itu. Ketika mereka menyadari kejadian aneh ini, mereka segera memukuli kucing ketiga (masih dalam rupa kucing) hingga mati. Kemudian mereka memukuli perempuan itu hingga luka parah.

Menurut para saksi yang menyaksikan kejadian itu, perempuan kucing itu yang mengaku bernama Aisha Abdukareem Ibrahim mengatakan bahwa dia dan dua teman mengambil rupa kucing dan sedang mengadakan perjalanan dari Abuja ke Port Harcourt untuk membunuh tiga orang. Perempuan itu mengatakan bahwa mereka telah berhasil membunuh dua orang, namun mereka mendapatkan kesulitan ketika hendak membunuh orang ketiga. Karenanya mereka memutuskan untuk kembali ke Abuja.

Saksi lainnya yang bernama James mengatakan bahwa perempuan itu kemudian berpura-pura lupa ketika melihat orang-orang berkerumun di sekitarnya. Ia pura-pura bertanya apa yang telah terjadi. “Aku belum pernah melihat kejadian ini selama hidupku. Aku melihat seorang perempuan yang terluka dan tergeletak di jalan, bukan kucing.” Kata James.

Ketika Nigerian Tribune tiba di lokasi kejadian dekat Garrison Junction, Cat woman itu sedang duduk di tanah dengan darah di sekujur tubuhnya. Bagian kanan wajahnya mengalami luka sobek yang cukup dalam. Massa memukulinya akibat marah karena mereka melihat bahwa perempuan itu adalah seorang penyihir.

Kemudian perempuan itu dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Butuh penjagaan dari petugas polisi untuk mencegah massa yang marah membunuhnya. Bagian Humas kepolisian setempat mengatakan bahwa perempuan itu sudah dibawa ke rumah sakit dan diawasi selama 24 jam untuk mencegah ia tiba-tiba menghilang.

Di Afrika dilaporkan bahwa penyihir-penyihir di benua itu memiliki kemampuan untuk berubah bentuk menjadi hewan seperti serangga dan ikan. Di Indonesia kita mengenal fenomena serupa, yaitu Babi Ngepet. Walaupun kita sudah sering mendengar tentang hal ini, tetap saja sulit untuk percaya.

Thursday, March 17, 2011

Masashi Kishimoto: Pengarang Naruto

"Naruto dibuat berdasarkan citra diri saya di masa lalu, tapi berbeda dengan saya yang sebenarnya," kata Masashi Kishimoto (34), pengarang dan pencipta serial manga Naruto.

Sejak dulu Masashi memang sudah tergila-gila dengan manga, terutama serial Dragon Ball dan Akira. Karena hobi manggambarnya membuat dia super sibuk, sampe-sampe dia menduduki ranking 30 di kelas SMU-nya... dari total 31 murid!

Di umurnya sekarang, Masashi telah menjadi salah satu manga-ka yang paling sukses dalam sejarah Jepang. Serial komik Naruto telah terjual puluhan juta eksemplar tak hanya di Jepang, tapi juga di seluruh dunia. Dia sama sekali tidak pernah bermimpi kalo Naruto bisa laris manis di luar jepang.

Naruto pertama kali terbit pada tahun 1997 dalam bentuk manga pendek. Pada tahun 1999, Naruto versi baru (dimana hokage ke-4 berhasil mengunci rubah berekor sembilan dalam tubuh seorang bayi) akhirnya diterbitkan di majalah mingguan Shonen Jump, juga dalam bentuk komik pendek.

"Pada waktu menciptakan karakter Naruto, saya membayangkan seorang anak laki-laki yang nakal, seperti saya. Tapi saya adalah anak yang gampang menyerah, karena itu saya mau Naruto berbeda dengan saya."

Selain Dragon Ball dan Akira, Masashi jugs merasa berterima kasih atas manga-manga yang selama ini telah membantunya menciptakan Naruto, seperti Jin-Roh: The Wolf Brigade, Ninku, dan Ghost in the Shell yang telah sukses di pasaran internasional.